Minggu, 08 November 2015

Kolintang , Alat Musik Asik Minahasa


     Kolintang ialah alat musik khas dari Minahasa (Sulawesi Utara) yang mempunyai bahan dasar kayu, apabila dipukul Kolintang dapat mengeluarkan bunyi yang cukup panjang dan mampu mencapai nada tinggi. Kata Kolintangberasal dari bunyi : tong (nada rendah), ting (nada tinggi) dan tang (nada tengah). Dahulu, masyarakat Minahasa menggunakan istilah “Maimo Kumolintang” yang memiliki arti “mari kita ber-Tong, Ting, Tang”. Istilah tersebut digunakan untuk mengajak orang bermain kolintang  dan dari sebutan itulah muncul istilah kolintang.


     Bahan terbaik untuk membuat Kolintang ialah kayu telur, kayu bandaran, kayu wenang, kayu kakinik, atau kayu yang ringan namun cukup padat. Pada mulanya kolintang hanya terdiri dari beberapa potong kayu yang diletakkan berjejer diatas kedua kaki pemainnya dengan posisi duduk ditanah dengan kedua kaki terbujur lurus kedepan. Seiring dengan berjalannya waktu, digunakanlah batang pisang sebagai penopang kolintang atau terkadang menggunakan tali seperti Arumba di Jawa Barat. Penggunaan peti sensonator dimulai sejak Pangeran Diponegoro singgah di Minahasa pada tahun 1830.

     Pada mulanya kolintang hanya terdiri dari satu melodi dengan susunan nada diatonis, dengan jarak nada 2 oktaf. Kolintang biasa diiringi oleh musik pengiring yang digunakan adalah alat musik petik seperti gitar, ukulele, dan string bass. Pada tahun 1954, kolintang sudah dibuat dengan nada 2 ½ otaf namun masih diatonis. Empat tahun kemudian, pada tahun 1960, sudah diciptakan kolintang dengan nada mencapai 3 ½ oktaf dengan nada 1 kruis, naturel, dan 1 mol. Nada dasar kolintang masih terbatas pada 3 kunci yakni naturel, 1 mol, 1 kruis dengan nada 4 ½ oktaf dan dari F sampai C.






Sumber : http://kebudayaanindonesia.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar